Thursday 5 March 2015

Ini Dia Success Story dari Blok Mirip Blok Mahakam di Thailand

Blok Mahakam
Walaupun sudah mengelola Blok Mahakam di Kalimantan Timur sejak 1969 atau hampir 50 tahun lalu, PT Total E&P Indonesie asal Prancis menegaskan bahwa mereka hanyalah pengelola. Sumur gas terbesar tersebut tetap milik pemerintah Indonesia.

"Dari dulu sampai sekarang, kita hanya operator saja, tidak ada yang dimiliki Total. Blok Mahakam sepenuhnya milik pemerintah Indonesia," tegas President and General Manager PT Total E&P Indonesie, Hardy Pramono.

Sejalan dengan pandangan demikian, maka terkait status di Blok Mahakam pasca berakhirnya kontrak 2017, Total menyerahkan semua keputusan kepada pemerintah. Bahkan kabarnya pemerintah akan mempercepat keputusan mengenai blok yang sampai saat ini menghasilkan gas bumi terbesar di Indonesia, sebesar 1.700 juta kaki kubik per hari (mmscfd) dan juga memproduksi minyak sebanyak 69.000 barel per hari.

Di sisi lain, melihat kondisi terus turunnya produksi gas bumi di Blok Mahakam sejak 2000, Total E&P sudah melakukan berbagai upaya dengan menggelontorkan miliaran dolar, yang mana hal itu dilakukan demi produksi gas bumi nasional tidak turun.

Akan sangat berisiko apabila operator suatu blok migas langsung berganti. Tidak hanya di Blok Mahakam, namun prakondisi tersebut akan terjadi di semua blok migas yang beroperasi. Pasalnya, teknologi yang digunakan dalam setiap pengelolaan blok migas pada sumur-sumur migas berbeda-beda.

Andaikata operator langsung ganti, sangat  dikhawatirkan bahwa produksi akan langsung turun signifikan. Itu yang tidak diinginkan oleh para pihak, karena negara akan merugi karena produksi migas nasional turun.

Sebenarnya ada cara yang selama ini lazim dilakukan, termasuk Total ketika menangani suatu blok migas di Thailand. Ketika blok migas yang dikelola Total habis kontraknya, pemerintah Thailand tidak langsung menggantikan Total dengan BUMN-nya, yakni PTT Thailand. Ada masa transisi sekitar 5 tahun, pegawai PTT Thailand masuk bersama-sama mengoperasian blok tersebut, agar ada transfer pengetahuan dan teknologi yang digunakan pada blok tersebut, sampai masa transisi berakhir selesai, baru Total cabut dari blok tersebut.

Success story tersebut diharapkan bisa diterapkan ke Blok Mahakam. Total sudah menyampaikan hal tersebut kepada pemerintah, selanjutnya keputusan ada di tangan pemerintah Indonesia.

Seperti yang sudah diketahui, Pertamina sudah mengajukan proposal pengelolaan Blok Mahakam ke Pemerintah. Dalam proposal tersebut, Pertamina ingin mengelola 100% Blok Mahakam. Tapi tentunya setelah dipotong 10% sebagai keterlibatan dari Pemerintah Daerah Kalimantan Timur termasuk Pemkab Kutai Kartanegara.


Walaupun skenario yang ditawarkan oleh Total tersebut terdengar ideal, namun keputusan tetap ada di tangan pemerintah sepenuhnya. Kita harapkan saja semoga pemerintah bisa bijak dalam menentukan nasib Blok Mahakam tersebut.

No comments:

Post a Comment