ESDM |
Rakyat sudah penasaran dengan susunan kabinet dan program
100 hari presiden terpilih Indonesia Joko WIdodo (Jokowi). Para relawan Jokowi
membuka polling di internet untuk pencalonan orang-orang yang akan masuk ke
kabinet Jokowi. Meksipun demikian, hal tersebut tidak akan mendikte keputusan
prerogatif seorang presiden nantinya.
Jokowi terutama akan berhati-hati dalam memilih orang yang
tepat di posisi kementerian yang strategis, seperti Kementerian Pertanian dan
Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam Mineral (ESDM).
"Sudah saya sampaikan, untuk tempat-tempat yang akan
jadi fokus kita, pertanian berarti nanti goal-nya swasembada pangan. Itu nanti
dipegang oleh orang-orang yang tahu, punya kompetensi, kemampuan leadership di
bidang pertanian namanya pangan. Kita ini belum mengerti siapa," jelas
Jokowi.
Selain itu, menurut Jokowi pula bahwa banyak praktek mafia
di tubuh Kementerian ESDM. "Energi. Kementeriannya ESDM. Itu juga harus
dipegang oleh orang yang memiliki leadership yang kuat. Karena di situ mafia
banyak. (Orang itu harus) Punya kompetensi, kemampuan managerial yang kuat dan
bersih, dan komitmen kuat," tuturnya.
Walaupun fokusnya ke Kementerian Pertanian dan Kementerian
ESDM, namun hal tersebut tidak menafikan praktek mafia di tubuh kementerian
yang lain. "Kita kan mau fokus di situ. Nanti yang paling penting
leader-nya dulu ditemukan. Ini belum sampai (nunjuk sampai ke sosok) orang.
Kita belum sampai ke orang," imbuhnya.
Meski mensyaratkan Menteri Pertanian dan Menteri ESDM harus
dari kalangan profesional, namun Jokowi tidak menutup kemungkinan sosok
tersebut datang dari kalangan parpol. Petinggi parpol berpeluang menjadi
menteri di kabinetnya, asalkan memenuhi kriteria yang diinginkan yaitu
mempunyai kepemimpinan yang kuat, profesional dan berintegritas. “Profesional
itu bisa dari partai bisa juga tidak. Siapa bilang orang-orang parpol tidak ada
yang profesional?” ucapnya.
Jokowi juga mengaku bahwa dia sudah banyak menerima aspirasi
tentang nama-nama para menteri. “Tim pemburu” menteri juga telah ia bentuk yang
bertugas untuk menyaring sosok-sosok yang dianggap mumpuni. Namun untuk
menghindari intervensi, Jokowi merahasiakan orang-orang yang tergabung di dalam
tim pemburu tersebut.
“Pemburunya tak bisa saya sebutkan siapa karena takut
diintervensi. Yang masukan-masukan bisa kami terima, tapi kami juga ingin
memburu dan mendapatkan orang-orang tepat di bidangnya. Punya kompetensi,
kemampuan manajerial, kepemimpinan kuat, dan bersih. Itu yang kami inginkan,”
imbuhnya.
Jokowi menegaskan bahwa dia dan Jusuf Kalla (JK) lah yang
tetap akan menjadi penentu sosok yang bakal terpilih sebagai menteri. “Final
terakhir di saya,” tutup Jokowi.