Thursday 30 October 2014

Ditemukan Cadangan Gas Bumi Baru di Blok Sepinggan Timur, Kaltim

blok migas
Perusahaan minyak dan gas kelas dunia asal Italia, Eni S.p.A baru-baru ini mengumumkan penemuan cadangan gas bumi baru di Blok Sepinggan Timur, Provinsi Kalimantan Timur. Dilihat dari hasil penelitian awal yang dilakukan, blok yang masih terletak di Selat Makassar itu diestimasi memiliki kandungan gas sebanyak 1,3 trillions standard cubic feet (TSCF).

"Tepatnya di Sumur Merakes 1. Masih dekat dengan proyek laut dalamnya Chevron," ungkap Aussie Gautama, Deputi Pengendalian Perencanaan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).

Walaupun sudah menemukan cadangan tersebut, Aussie mengatakan bahwa proyek pengembangan sumur Merakes 1 tidak akan dilakukan dalam waktu dekat. Ini mengingat bahwa proses eksplorasi hingga produksi gas membutuhkan waktu yang sangat lama yakni sekitar 10 tahun.

"Apalagi posisinya di offshore. Dari discovery sampai onstream-nya itu butuh 10 tahun," pungkasnya.

Nasib berbeda yang kurang beruntung dialami oleh Total E&P Indonesie. Setelah melakukan pengeboran sumur Hitam 1X di Blok Southwest Bird Head Papua sejak Juni 2013, perusahaan minyak kelas dunia asal Perancis tersebut gagal menemukan gas bumi. Penyebabnya dikarenakan batuan inti sumur terangkat sewaktu dilakukan injeksi minyak, sehingga minyak tersebut tak mampu memenuhi standar temperatur panas untuk dapat mengangkat gas.

"Ini dari sisi teknik eksplorasi migas. Kalau bicara bisnis, kegagalan semacam ini sudah biasa," tutur Aussie.

Sedangkan menjelang habisnya kontrak pengelolaan blok Mahakam di Kalimantan Timur pada 2017 mendatang, Total sedang berupaya keras untuk menemukan cadangan gas baru di sejumlah wilayah Indonesia. Untuk eksplorasi di blok Southwest Bird Head Papua, manajemen telah menyiapkan dana tak kurang dari sebesar US$ 40 juta. Gara-gara tak menemukan cadangan, Total pun harus merelakan uangnya menguap dari kegiatan eksplorasi.

Direktorat Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat total cadangan gas bumi Indonesia sebanyak 150,7 TSCF, terdiri dari 103,35 TSCF cadangan terbukti dan 47,35 TSCF cadangan potensial.


Semoga saja nasib buruk yang dialami oleh Total E&P Indonesie diberikan angin segar oleh pemerintah Indonesia yakni diberikannya perpanjangan kontrak di Blok Mahakam. Walaupun memang Total E&P Indonesie tidak mengharapkan untuk menggarap secara keseluruhan, karena proposal yang ditawarkan adalah memang kerjasama dengan Pertamina. Pertamina juga akan diuntungkan atas kerjasama ini karena Pertamina akan bisa menyerap ilmu dan teknologi dari perusahaan sekelas Total.

Monday 27 October 2014

Profil Sudirman Said, Menteri ESDM Indonesia

Sudirman Said
Akhirnya jajaran menteri yang ditunggu-tunggu oleh semua orang diumumkan juga. Para menteri juga sudah dilantik siang ini. Dari kesemua menteri, yang patut kita beri perhatian khusus adalah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Pria yang dikenal sebagai tokoh anti korupsi ini menjadi salah satu menteri yang akan turut bekerja di kabinet pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Berikut ini akan kita cermati profil menteri baru tersebut.

Sudirman yang saat ini masih menjabat sebagai Direktur Utama PT Pindad (Persero) ini lahir di Brebes, 16 April 1963

Latar belakang pendidikannya adalah alumni dari Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) pada 1981 di mana kini ia menjabat sebagai Ketua Umum Ikanas Keuangan-STAN untuk periode 2013-2016. Kemudian dia melanjutkan pendidikan dan meraih gelar masternya di dapat dari George Washington University untuk bidang Administrasi Bisnis di Washington DC, Amerika Serikat, pada tahun 1994.

Karir Sudirman Said di bidang energi dan sumberdaya mineral pun cukup mentereng. Ia pernah dipercaya sebagai Staf Ahli Direktur Utama PT Pertamina, Direktur Umum dan Sumber Daya Manusia Pertamina, hingga Koordinator Restrukturisasi Aset dan Anak Usaha Pertamina.
  
Sebelum menjadi Dirut PT Pindad, Sudirman pernah menjabat sebagai Wakil Presiden Direktur PT Petrosea Tbk pada tanggal 6 Mei 2013. Tahun 2005, beliau terlibat pula dalam Rekonstruksi Pasca Tsunami untuk Aceh dan Nias selama tiga (3) tahun, sebagai Deputi Kepala Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias, Bidang Pengembangan Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia.

Sebelum kembali bergabung dengan Indika Energy Group, beliau terlibat dalam Transformasi PT Pertamina (Persero), dengan tugas melakukan pembenahan fungsi Sekretaris Perusahaan (2008), dan Supply Chain Management (2008-2009).

Sebelum turut masuk di bursa menteri, Sudirman juga tadinya sempat masuk dalam bursa nama calon direksi Pertamina tahun 2008. Berkat kejujurannya, ia dikenal sebagai tokoh anti korupsi, pekerja rehabilitasi kawasan bencana, serta eksekutif di industri minyak dan gas serta direktur utama perusahaan senjata nasional.

Citra sebagai tokoh anti korupsi telah melekat pada dirinya sejak dulu. Sudirman Said menjadi salah satu pendiri Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI) dan Indonesia Institute for Corporate Governance (IICG). Ia juga pernah ditunjuk sebagai penanggung jawab sementara Rektor Universitas Paramadina ketika Nurcholish Madjid (Cak Nur, Alm.) terbaring karena sakit.

Sudirman Said pernah pula menjadi Executive Director APEC CEO Summit 2013 yang digelar pada 1-8 Oktober 2013 di Bali.

Setelah terbelitnya Menteri ESDM yang lama yakni Jero Wacik, tentunya kita menaruh harapan yang besar kepada Sudirman, apalagi dengan track recordnya sebagai orang bersih dan anti korupsi. Semoga sektor energy segera terbenahi dengan menjabatnya Sudirman. Banyak pe-er di sektor energy yang harus diselesaikan.

Selamat bekerja, Pak Sudirman Said! Semoga amanah!



Tuesday 21 October 2014

Bos Total Meninggal Karena Kecelakaan di Rusia

Christophe de Margerie
Industri minyak dunia tergoncang! Bagaimana tidak, Chairman dan CEO Total SA, Christophe de Margerie meninggal pada pukul 22.00 tanggal 20 Oktober 2014 waktu Paris, atau pukul 03.00 WIB tanggal 21 Oktober 2014. Jajaran Total E&P Indonesie berduka atas kejadian tersebut.

Christophe de Margerie meninggal seketika ketika jet pribadi yang ditumpanginya jatuh di Bandar Udara Vnukovo, Moskow, Rusia, dan langsung menabrak kendaraan pembersih salju. Kecelakaan itu memakan empat nyawa yakni tiga kru pesawat serta Christophe de Margerie.

Ternyata, sopir kendaraan penyapu salju itu sedang mabuk ketika membawa pesawat tersebut. Hal ini terungkap dari hasil investigasi dari sejumah penyidik di Rusia. "Telah diketahui, sopir kendaraan penyapu salju dalam status mabuk," demikian keterangan dari unit investigasi Rusia. Ini mengkonfirmasi teori yang berkembang sebelumnya, yaitu terkait adanya human error dari pilot pesawat tersebut, yang menimbulkan kecelakaan mematikan itu.

"Kami kehilangan seorang pemimpin di industri minyak dan gas yang visioner, seorang pemimpin besar di Total, seorang tokoh luar biasa yang kaya akan semangat kemanusiaan dan memiliki rasa humor yang tinggi," ujar Presiden Direktur dan General Manager, Total E&P Indonesie Hardy Pramono.

Hardy mewakili seluruh keluarga besar Total E&P Indonesie mengucapkan bela sungkawa kepada istri, anak-anak, dan seluruh keluarga Christophe de Margerie yang ditinggalkan, serta keluarga ketiga korban lainnya.

"Kami juga kehilangan seorang sahabat bagi Indonesia, yang selalu berusaha memelihara dan mengembangkan berbagai kegiatan Total bagi kebaikan bangsa dan negara Indonesia," ungkapnya.

Presiden Rusia Vladimir Putin juga kaget dengan tewasnya de Margerie karena kecelakaan di wilayahnya tersebut. Menurut Putin, de Margerie merupakan salah satu sahabat Rusia.

Putin juga memuji de Margerie sebagai pengusaha hebat dari Prancis yang telah melahirkan banyak proyek besar, dan telah berhasil mempererat hubungan bisnis Prancis dengan Rusia di sektor energi.
Putin mengaku bahwa dia telah lama mengenal de Margerie. Putin juga telah mengetahui kualitas bisnis dan konsistensi de Margerie selama ini dalam mengembangkan hubungan bilateral, Rusia-Prancis.


Monday 20 October 2014

Tantangan Yang Menanti Jokowi di Bidang Energi

Jokowi
Meskipun produksi minyak nasional menurun terus, tetapi sebenarnya pemerintah tetap dapat meningkatkan pendapatan sektor minyak dan gas bumi (migas) nasional, khususnya dalam 5 tahun terakhir.

Hingga sekarang ini pendapatan sektor migas masih menjadi tulang punggung Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dari tahun ke tahun. Dalam setahun saja, penerimaan migas Indonesia mencapai lebih dari Rp 300 triliun, atau Rp 1 triliun per hari.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat bahwa pendapatan Migas dalam 5 tahun terakhir terus meningkat setiap tahunnya.

Tahun Pendapatan Migas Bagian Negara Kontraktor Cost Recovery
2009 US$ 19,9 m US$ 5,6 m US$ 10,1 m US$ 35,7 m
2010 US$ 26,4 m US$ 7,6 m US$ 11,7 m US$ 45,8 m
2011 US$ 35,7 m US$ 9,6 m US$ 15,3 m US$ 60,7 m
2012 US$ 35 m US$ 10,4 m US$ 15,5 m US$ 61,1 m
2013 US$ 31,3 m US$ 9,5 m US$ 15,7 m US$ 56,6 m

Sedangkan untuk tahun ini, pemerintah menargetkan penerimaan migas akan mencapai US$ 29,7 miliar, dengan cost recovery US$ 15 miliar. Realisasi penerimaan migas sampai semester I-2014 sejauh ini sudah mencapai US$ 17,6 miliar, atau sudah mencapai 59%.

Namun yang perlu dijadikan catatan adalah meningkatnya penerimaan migas dalam 5 tahun terakhir ini yang disebabkan karena terus naiknya harga minyak, yang saat ini diestimasi mencapai US$ 105 per barel.

Tantangan utama bagi pemerintahan baru Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK) adalah, alokasi penerimaan negara dari sektor migas yang juga dihabiskan untuk subsidi BBM yang pada 2015 jumlahnya akan mencapai Rp 276 triliun.

Padahal untuk memproduksi minyak dan gas bumi tidaklah murah, terlebih lagi berdasarkan statistik 2011-2014 biaya operasi hulu minyak gas bumi selalu meningkat.

Misalnya saja pada 2011 biaya produksi migas mulai dari eksporasi, produksi perencanaan, dan administrasi mencapai US$ 15,22 miliar. Lalu pada 2012 mencapai US$ 15,51 miliar, di 2013 mencapai 15,92 miliar, dan di 2014 selama semester I sudah mencapai US$ 9,32 miliar.

Tantangan utama yang telah disebutkan tadi disebabkan karena biaya produksi minyak dan gas bumi mahal, namun pemerintah hanya menjual ke rakyat dalam bentuk BBM dengan harga Rp 6.500 per liter, sementara harga keekonomian dari BBM mencapai lebih dari Rp 12.000 per liter. Padahal menurut survey, penerima BBM subsidi ini adalah orang yang mampu, dan tidak layak disubsidi.

Permasalahan besar lainnya yang akan dihadapai Jokowi adalah perihal bocornya pendapatan negara dari sektor migas. Potensi pendapatan negara dari migas dan mineral dan batubara (minerba) tiap tahunnya lepas atau 'bocor' hingga Rp 180 triliun.

"Masih banyak potensi pendapatan negara yang loss (hilang), khususnya di sektor Migas dan Minerba, yang angkanya mencapai Rp 180 triliun/tahun," terang mantan Anggota Badan Pemeriksa Keuangan Ali Masykur Musa.

Ali mengungkapkan bahwa ada beberapa hal yang jadi penyebab 'bocornya' pendapatan negara tersebut, di antaranya yakni seperti penegakan hukum yang kurang dan lemahnya regulasi tentang Sumber Daya Alam.

"Apalagi setiap tahun kita mengaudit ekspor minyak dan batu bara, ada perbedaan data antara tiga lembaga, yakni di Bea Cukai, Kementerian ESDM, dan Perdagangan Internasional. Dokumen ekspornya berbeda-beda, belum lagi banyak yang tidak bayar royalti," pungkasnya.


Jokowi boleh berpesta dengan rakyat hari ini, namun sudah banyak sekali peer yang menanti untuk diselesaikan oleh Jokowi. Migas memang butuh perhatian khusus karena merupakan sektor yang paling strategis. Keputusan menyangkut masa depan migas tidak boleh sembarang diputus, namun harus diperhitungkan dengan matang benar.

Tuesday 7 October 2014

Hampir Batal, Blok Cepu Diresmikan Juga


SBY
Ada kabar gembira bagi dunia energi Indonesia. Pemerintah memang sulit ditebak. Setelah sebelumnya sempat dikabarkan batal diresmikan, akhirnya Blok Cepu diresmikan juga! Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meresmikan fasilitas produksi Lapangan Banyu Urip di Bojonegoro, Jawa Timur sesaat setelah beliau memperingati hari ulang tahun Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Surabaya.

Mengapa peresmian Blok Cepu tersebut fantastis? Tentunya karena proyek ini bernilai lebih dari US$ 2,5 miliar, atau lebih dari Rp 30 triliun!

SBY menandatangani peresmian Fasilitas Produksi Lapangan Banyu Urip. Selain SBY, orang penting lainnya yang hadir pada peresmian tersebut adalah antara lain Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Chairul Tanjung, Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Bupati Bojonegoro H. Suyoto, Plt. Kepala SKK Migas J. Widjonarko, Presiden Mobil Cepu Ltd (MCL) Jon M. Gibbs, Komisaris Utama Pertamina Sugiharto, Direktur Utama Pertamina EP Cepu Amril T. Mandailing, dan Ketua Badan Kerjasama PI Blok Cepu Hadi Ismoyo.

Sepintas mengenai Banyu Urip, Blok Cepu yang terletak di Bojonegoro, Jawa Timur tersebut, kapasitas produksi saat ini telah meningkat menjadi 10.000 barel/hari, dari semula 30.000 barel/hari, totalnya menjadi 40.000 barel/hari, yang diperhitungkan akan terus naik bertahap hingga mencapai puncak puncak 165.000 barel/hari pada tahun 2015.

Plt. Kepala SKK Migas Widjonarko mengemukakan bahwa peningkatan produksi dari lapangan ini adalah termasuk bagian dari upaya mendukung pencapaian target produksi migas nasional.

"Semua pihak harus mendukung penuh agar proyek berjalan sesuai rencana," ujar Widjonarko.

Rincian investasi yang akan dilakukan adalah untuk pembangunan fasilitas produksi sebesar US$ 2,2 miliar, sedangkan untuk pengeboran sumur sebanyak US$ 337 juta. Pembangunan fasilitas tersebut akan dibagi ke dalam lima kontrak EPC (engineering, procurement, and construction/rekayasa, pengadaan, dan konstruksi), yaitu fasilitas produksi utama (Central Production Facility/CPF), pipa darat (onshore) 72 km, pipa laut (offshore) dan menara tambat (mooring tower), Floating Storage Off-loading (FSO), serta fasilitas infrastruktur.

Presiden Mobil Cepu Ltd (MCL) Jon M. Gibbs juga memberikan dukungan terhadap langkah SKK Migas untuk meningkatkan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN). Kelima kontrak EPC tersebut, konsorsiumnya akan dipimpin oleh perusahaan Indonesia. Selain yang sudah disebutkan itu, terdapat juga 450 perusahaan sub kontraktor nasional dan lokal yang dilibatkan, yang 85% diantaranya merupakan perusahaan lokal dari Bojonegoro dan Tuban.

"Terdapat lebih dari 10.000 pekerja Indonesia yang 60% di antaranya adalah pekerja yang berasal dari Bojonegoro dan Tuban," terang Jon.

Berhubungan dengan peresmian Fasilitas Produksi Lapangan Banyu Urip, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Chairul Tanjung, akan melakukan kunjungan ke lokasi Proyek Banyu Urip, sekaligus meresmikan 11 proyek-proyek lain di sektor energi.

Seperti yang sudah diketahui, kontrak kerja sama Blok Cepu ditandatangani pada 17 September 2005 dengan MCL sebagai operator. MCL, anak perusahaan dari Exxon Mobil Corporation, memegang 45% saham, bersama dengan PT. Pertamina EP Cepu yang memegang 45% saham, dan Badan Kerja Sama PI Blok Cepu (BKS) dengan 10% saham. Diperkirakan masih terdapat cadangan minyak di Lapangan Banyu Urip sebesar 450 juta barel.

Wah Blok Cepu saja akhirnya sudah ada kejelasan pasti mengenai nasibnya. Bagaimana dengan Blok Mahakam nih? Rumornya saja yang sudah kencang tapi sampai saat ini belum ada kejelasan. Masa hingga akhir masa SBY, nasib Blok Mahakam belum diputuskan juga. Padahal kalau nasib berbagai blok migas segera ditentukan, akan memberikan kepastian energi bagi Indonesia ke depannya karena bisa dikalkulasi sejak dini.

Wednesday 1 October 2014

Direktur Utama (Plt) Pertamina yang Baru Kurang Meyakinkan

Mohamad Husein
Setelah sempat vakum beberapa lama, akhirnya Pertamina ada direktur baru sepeninggalan Karen Agustiawan. Sebelumnya, Karen mengundurkan diri dari jabatan Direktur Utama (Dirut) Pertamina dengan alasan ingin mengajar di Universitas Harvard, Amerika Serikat. Meskipun banyak suara yang bilang bahwa sebenarnya beliau mundur karena sudah tidak tahan lagi dengan mafia migas yang ada di tubuh Pertamina.

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN)  telah menggelar pertemuan dengan jajaran direksi PT Pertamina dalam pembahasan penyampaian pengunduran diri Karen secara resmi per tanggal 1 Oktober 2014.

Vice President Corporate Communication Pertamina, Ali Mundakir menyampaikan bahwa dari hasil pertemuan tersebut, Direktur Hulu Pertamina Muhammad Husein ditunjuk oleh Dewan Komisaris sebagai pelaksana tugas (Plt) direktur utama Pertamina.

"RUPS belum memutuskan dirut secara definitif, dekom menunjuk plt, bapak Muhamad Husein, selain direktur hulu, beliau juga menjadi plt dirut pertamina sampai ditetapkan dirut definitif, suratnya sudah ditembuskan," ujar Ali.

Namun perlu dicatat bahwa dewan komisaris Pertamina masih belum memutuskan soal pemilihan direktur utama Pertamina secara definitif. Muhammad Husen juga masih menjabat sebagai Direktur Hulu.

"Mengenai pejabat definitif kewenangan Menteri BUMN sebagai pemegang saham, direktur pejabat dirut hulu tetap, dan memiliki kewenangan penuh. Masa tugas plt sampai dengan ditetapkan yang definitif oleh pemegang saham, semua keputusan ada di pemegang saham ," paparnya.

Dewan Komisaris Pertamina, Bambang PS Brodjonegoro memberitahukan alasan penunjukan Husein dan bahwa  Dekom sudah melihat semua kandidat Dirut (Plt) sebelum menetapkan. "Dia (Husein) paling senior. Kemudian, Pertamina itu yang penting adala Hulu. Yang profit terbesar dari Hulu," ujarnya.

Dengan ditunjuknya Husein sebagai Plt Dirut Pertamina, Bambang mengharapkan agar ke depannya Pertamina akan memberikan perhatian lebih di sektor hulu, salah satunya soal menaikkan lifting (produksi).

"Jadi intinya karena senioritas dan portofolio, dia (Husein) jadi Plt sampai ditetapkannya Dirut baru yang definitif," ucapnya.


Cukup mengecewakan alasan penunjukan Dirut Plt Pertamina yang baru. Masa cuma berdasarkan senioritas dan bukan prestasi? Seharusnya dirembukkan juga dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mengetahui rekam jejaknya apakah bersih dari korupsi atau tidak. Karena seperti yang kita tahu sektor energi sangat rentan korupsi karena strategis. Rumornya saja perihal mundurnya Karen karena tekanan mafia. Yah kita harap saja deh direktur yang baru ini bisa mengsinergikan kerja Pertamina.