Sunday 14 December 2014

Petral Akan Dibubarkan Atau Dipindah ke Jakarta?

Petral
Akhirnya setelah sempat dirumorkan bahwa Pertamina Energy Trading Limited (Petral) akan dibubarkan, kini muncul berita baru perihal nasib anak perusahaan Pertamina tersebut. Tim Reformasi Tata Kelola Migas mengatakan bahwa mereka sedang menimbang tiga opsi menyoal keberadaan entitas bisnis PT Pertamina (Persero) di sektor pengadaan minyak impor yakni Petral. Dimana ketiga opsi tersebut meliputi pemindahan Petral ke Jakarta; tetap mempertahankan keberadaannya di luar negeri yakni Hongkong dan Singapura; dan yang terakhir perihal wacana pembubaran perusahaan.

"Tapi target saya pribadi, Petral harus pindah ke Jakarta. Pembicaran ini sudah mengerucut ke opsi itu dan akan direkomendasikan ke Pak Sudirman dalam waktu dekat," ujar anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas, Djoko Siswanto.

Menurut Djoko, opsi pemindahan Petral ke Jakarta dimaksudkan untuk menyibak kegiatan bisnis pengadaan minyak impor yang dilakukan oleh anak usahanya yakni Pertamina Energy Service (PES) di Singapura. Selain itu, Tim memprediksikan bahwa Petral memperoleh diskon lebih dari 1,58 persen dari pembelian minyak berkadar oktan 92 atau tak sesuai dengan data yang dilaporkan manajemen dan dinilai merugikan negara.

Padahal, formulasi pembelian minyak berkadar oktan 92 dari Singapura oleh PES menggunakan formulasi 103,37 persen harga MOPS (Mean of Platts Singapore) ditambah juga dengan biaya pengolahan, distribusi, serta margin Pertamina yang diklasifikasikan kedalam komponen biaya Alfa.

Lebih jauh lagi, dengan besarnya perputaran transaksi uang yang diprediksi mencapai Rp 700 triliun per tahun Petral optimis akan memperoleh keuntungan triliun Rupiah dan menjadi sumber pendapatan pajak bagi Singapura dan Hongkong.

"Kalau dipindah ke Jakarta khan, pajak Petral bisa masuk ke Indonesia. Kalau tetap di Singapura dan Hongkong ya larinya pajak bakal kedua negara tadi. Jadi kita rugi dua kali kalau Petral tetap disana," ujar Djoko.

Komisaris Pertamina, Susilo Siswoutomo tidak mempermasalahkan wacana pemindahan Petral ke Jakarta hingga opsi pembubaran perusahaan. Walau demikian, Susilo mengingatkan agar rekomendasi yang nantinya akan diputuskan Pemerintah juga harus mempertimbangkan aspek kepastian pasokan bahan bakar minyak (BBM) ke Indonesia.

"Salah satunya dengan opsi pembelian minyak langsung. Kalau tidak ada jaminan, dari mana kita bisa memenuhi kebutuhan BBM nantinya," ujar Susilo.

Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, pada laporan keuangannya pada 2013 kemarin Petral membukukan pendapatan usaha sebesar US$ 33,35 miliar. Dari perolehan tersebut, laba usaha perseroan diketahui mencapai US$ 45 juta. Adapun setelah pengurangan pajak dan sejumlah biaya, laba bersih Petral berada di angka US$ 43 juta.

Sebaiknya memang Petral dibubarkan saja. Untuk mengawasi korupsi di perusahaan dalam negeri saja sulit, apalagi untuk mengawasi yang berada di luar Indonesia. Sudah bukan rahasia pula bahwa Pertamina dan anak perusahaannya penuh dengan mafia dan korupsi.


No comments:

Post a Comment