SBY |
Setelah dunia migas Indonesia dikagetkan dengan mundurnya
Direktur Utama Pertamina karen Agustiawan, kini dunia migas diguncang lagi
dengan mundurnya Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jero Wacik karena
tersangkut kasus korupsi. Kejadian ini tentunya menyebabkan berbagai dampak
dalam dunia migas. Salah satunya yakni membuat agenda kunjungan Presiden RI,
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ke Blok Cepu di Kabupaten Bojonegoro akan ditunda.
Meskipun Field Public and Goverment Affairs Mobil Cepu Ltd.
(MCL), Rexy Mawardijaya tidak menyebutkan sebab di balik penundaan kunjungan
orang nomor wahid di Indonesia tersebut, namun Rexy membenarkan perihal penundaan
kunjungan yang awalnya dijadwalkan akan dilakukan pada 11 September mendatang
itu.
Namun demikian, Rexy mengakui bahwa MCL bersama dengan pihak
SKK Migas masih akan tetap terus melakukan koordinasi dengan para pihak terkait
sehubungan dengan rencana kunjungan presiden yang jauh-jauh hari telah
dipersiapkan tersebut. “Kita terus melakukan koordinasi,” ucapnya.
Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, berita mengenai
rencana kunjungan Presiden SBY ke Bojonegoro ini sudah beredar luas di kalangan
masyarakat. Bahkan pihak MCL juga sudah melakukan berbagai persiapan, salah
satunya yaitu dengan melakukan percepatan penggarapan fasilitas produksi migas
di daerah Banyurip tempat SBY akan berkunjung.
Persiapan tersebut juga sudah terlihat jelas dengan kesibukan
aparat keamanan di daerah SBY akan berkunjung tersebut. Beberapa hotel
berbintang yang ada di Bojonegoro pun sudah mulai sibuk dengan persiapan
kunjungan SBY.
“Hotel-hotel berbintang yang ada di sini seperti Hotel Aston
dan Dewarna sudah penuh. Kabarnya karena diboking oleh orang-orang dari Jakarta
yang katanya para anggota Paspampres dan pejabat,” jelas Andik, warga setempat.
Wow ternyata dampak dari mundurnya Menteri ESDM membawa
dampak yang cukup besar hingga membatalkan peresmian Blok Cepu. Hal ini membuat
penulis bertanya-tanya mengenai nasib blok migas lainnya. Misalkan saja Blok
Mahakam yang mana kontraknya akan habis pada tahun 2017 mendatang. Akankah arah
anginnya berubah? Disinyalir bahwa Indonesia melalui Pertamina ingin
mengambilalih blok tersebut dari tangan Total E&P Indonesie milik Perancis
dan Inpex milik Jepang.
Di tengah kecarut-marutan dunia migas sepeninggalan Karen
Agustiawan dan Jero Wacik, sepertinya lebih baik pengelola Blok Mahakam tetap
yang saat ini saja. Nasib dunia migas sendiri tidak menentu, apalagi kalau
pengelola dipindahtangankan lagi. Bisa jadi tidak jelas nasib blok tersebut.
No comments:
Post a Comment