Friday 21 March 2014

Pemilu Indonesia 2014 -- Isu Energi Belum Masuk Tema Kampanye Para Caleg dan Partai


Indonesia sedang menghadapi ancaman krisis energi. Sayangnya, partai-partai belum membahas isu ini. Publik berharap partai-partai menukik ke masalah-masalah mendasar yang sedang dihadapi bangsa Indonesia tercinta ini. Dalam hal energi, rakyat membutuhkan tawaran solusi dari partai-partai yang berlaga, bagaimana upaya mereka untuk mencapai ketahanan energi? Apa yang dilakukan untuk meningkatkan investasi energi, baik minyak, gas bumi (fossil), maupun energi terbarukan? 



Energi dalam sebuah ekonomi ibarat darah dalam tubuh manusia. Bila peredaran darah tidak lancar atau macet, maka seseorang bisa terkena stroke dan berujung pada kelumpuhan. Dalam aktivitas perekonomian. Bila energi tidak cukup, maka aktivitas ekonomi bisa terganggu dan bahkan lumpuh. Energi dibutuhkan oleh industri-industri untuk menggerakkan roda usaha. Dalam skala kecil, energi, berupa listrik, juga dibutuhkan oleh setiap rumah tangga untuk kelancaran aktivitas setiap hari.

Indonesia saat ini menghadapi ancaman krisis energi. Pertanyaannya, apakah isu energi juga mendapat perhatian dan menjadi salah satu tema kampanye para calon wakil rakyat maupun partai-partai yang sedang berlaga merebut kursi Parlemen maupun kursi Presiden dan Wakil Presiden?

Bila kita melihat sekilas, tampaknya isu energi belum menjadi tema kampanye. Sejauh ini, kampanye lebih banyak berkutat pada hura-hura, memberikan hiburan kepada rakyat atau calon pemilih, melakukan kegiatan-kegiatan simpatik dan kegiatan lainnya. Partai-partai maupun para Caleg belum menukik ke masalah-masalah substansial atau menjual isu-isu atau agenda penting partai dan bangsa.

Boleh jadi ini terjadi karena beberapa hal. Pertama, rakyat atau calon pemilih tidak tertarik dengan agenda-agenda yang dijual Partai dan para Caleg, sehingga para Caleg dan Partai lebih mementingkan aspek hiburan. Karena itu, tidak heran bila kita melihat partai-partai peserta Pemilu membawa artis-artis atau tokoh-tokoh terkenal untuk menarik simpati calon pemilih.

Faktor kedua, para Caleg sendiri tidak memahami isu-isu atau agenda Partai mereka. Agar tidak terlihat bodoh dihadapan calon pemilih, mereka menghindari ‘jualan’ isu-isu berat. Itu dengan catatan memang Partainya memiliki agenda yang ‘dijual’ ke calon pemilih. Kondisi ini tidak mengherankan karena sebagian Caleg memang bermodalkan tampang daripada isi (intelek/kemampuan). Ini terbukti dengan masuknya aktor, artis-artis seksi, model atau mantan majalah dewasa sebagai calon legislatif.

Partai-partai cenderung melakukan kampanye dengan metode freestyle. Agenda dan tema kampanye disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Situasi ini sebenarnya tidak bagus untuk pendidikan politik bangsa. Seharusnya, para Caleg dan partai-parai berperang agenda partai. Partai-partai dan para Caleg seharusnya gencar mengkampanyekan program-program Partai, apa yang dilakukan nanti bila Partainya memenangi Pemilihan Umum, baik Pemilihan Legislatif maupun Presiden-Wakil Presiden.

Sebagai warga negara, kita tentu berharap partai-partai membahas isu-isu penting, termasuk energi. Saat ini, Indonesia menghadapi ancaman krisis energi akibat ketergantungan impor yang tinggi akibat produksi minyak yang terus merosot. Disisi lain, aktivitas eksplorasi migas menurun.

Apa yang akan dilakukan partai-partai bila kelak memang dalam Pileg (pemilihan legislatif) maupun Pilpres (pemilihan presiden) untuk mendongkrak produksi minyak? Apa yang dilakukan untuk menghadapi kondisi ini? Bagaimana posisi mereka terkait diversifikasi sumber energi?  Indonesia saat ini tidak sekadar berupaya memenuhi kebutuhan energi, tapi sekaligus memerangi perubahan iklim yang berdasarkan pada energi terbarukan dan efisiensi energi. 

Bila kita lihat, partai-partai belum mengangkat isu energi sebagai tema kampanye. Hanya satu dua Caleg yang mengangkat isu energi, seperti yang kita lihat dari judul berita ini, “Nasdem janjikan insentif untuk energi terbarukan”.  Berita ini dimuat oleh beberapa media online. Di media itu, dilaporkan bahwa Partai Nasional Demokrat (Nasdem) memandang sektor energi dan sumber daya alam (SDA) sebagai salah satu penting agenda partai bila memenangi pemilihan umum (pemilu) legislatif.

Nasdem menilai, pengembangan energi terbarukan sudah menjadi suatu keharusan untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik dan siap menghadapi perubahan zaman. Politisi Nasdem Enggartiasto Lukita menilai selama ini pemerintah tidak serius memberikan insentif bagi pengembangan energi baru terbarukan.

Namun, di dalam berita tersebut tidak dielaborasi lebih detil. Partai-partai rupanya hanya berbicara di permukaan saja, tanpa menukik, membahas esensi dari persoalan energi yang dihadapi bangsa ini. Sebagian hanya melonarkan isu energi sepotong-sepotong (pieces), tanpa mengusulkan atau membahas bagaimana mengatasi persoalan. Misalnya, seorang Caleg berteriak dan berbicara di hadapan massa, bahwa Partainya akan menghapus subsidi BBM bila kelak Partainya dipilih jadi partai penguasa. Tapi tidak dijelaskan faktor how atau bagaimana.  

Para politisi Partai Demokrat, misalnya, menjual slogan “Tetap katakan TIDAK pada Korupsi”. Tapi tidak berani menjelaskan secara detail bagaimana Partai itu memerangi korupsi. PD tidak segarang tahun 2004 atau 2009 terkait kampanye perang melawan korupsi.

Boleh dibilang hampir semua Partai yang berlaga dalam Pemilu kali ini belum memiliki program yang jelas, bila partainya dipilih menjadi Partai Penguasa, atau Presiden-Wakil Presiden yang bakal dijagokan terpilih. Isu-isu atau tema-tema yang dijual masih bersifat sporadis, di atas permukaan atau bahkan lip-service saja. Kritik kita alamatkan tidak hanya Nasdem, Partai Demokrat yang disebutkan di atas, tapi juga partai-partai lain, PDIP, PAN, PPP, PKS, Gerindra, Hanura, Golkar atau PKB.

Partai-partai belum berani atau memang tidak memiliki agenda terkait pemenuhan energi (ketahanan energi) ataupun ketahanan pangan. Kalaupun ada, itu hanya coretan-coretan di atas permukaan. Kita belum melihat partai-partai membahas isu-isu energi secara detail. 


Kita ingin partai-partai menukik ke masalah-masalah esensial. Dalam hal energi, rakyat membutuhkan tawaran solusi dari partai-partai yang berlaga, bagaimana upaya mereka untuk mencapai ketahanan energi? Apa yang dilakukan untuk meningkatkan investasi energi, baik minyak, gas bumi, maupun energi terbarukan? 

Apa yang dilakukan untuk memastikan Republik ini tidak lagi menghadapi krisis listrik (byar-pet). Apa yang dilakukan agar pasokan minyak dan gas bumi dari dalam negeri meningkat, sehingga Indonesia tidak lagi bergantung pada impor? Bagaimana posisi partai atau para Caleg terkait pengembangan blok-blok migas di Tanah Air?

Bagaimana posisi partai-partai untuk memastikan produksi migas di blok-blok Migas yang ada, seperti Blok Mahakam, berkesinambungan dan tidak terganggu? Bagaimana nasib blok-blok migas yang kontraknya segera berakhir, seperti Blok Mahakam? Indonesia membutuhkan kestabilan dan kesinambungan produksi migas. Karena itu, produksi dari blok-blok migas yang ada harus dipastikan tetap berlanjut, sehingga dapat terus berkontribusi maksimal bagi negara. Untuk kasus Blok Mahakam, misalnya, pemerintah perlu segera memberi kepastian terkait operatorship blok tersebut, sehingga rencana investasi dan produksi kedepan tidak terganggu.


Kita bisa menambah lagi daftar pertanyaan. Yang pesan untuk para Caleg dan Partai adalah disamping hura-hura dan tebar pesona, cobalah mulai menjual dan berperang dengan agenda partai. Apa yang menjadi agenda utama partai? Mengapa itu menjadi agenda yang paling penting? Apa yang akan dilakukan? (*)

No comments:

Post a Comment