Sunday 20 October 2013

Kontrak Blok Mahakam dari Perspektif Pekerja



Salah Satu Fasilitas Produksi Blok Mahakam
Kontrak pengelolaan Blok Mahakam oleh Total E&P Indonesie, yang bermitra dengan Inpex Corporation akan berakhir pertengahan tahun 2017.  Operator telah mengajukan perpanjangan tahun 2007 lalu, namun, hingga saat ini pemerintah Indonesia belum membuat keputusan, apakah diperpanjang, tidak diperpanjang atau memilih skema baru dengan melibatkan operator lama (Total E&P Indonesie beserta Inpex). Persoalan yang terkadang luput dari perhatian adalah nasib pekerja sebuah blok migas. Demikian juga dengan pekerja Blok Mahakam yang berjumlah sekitar 3,000-an. Tidak hanya itu, masih ada sekitar 22,000 pekerja yang secara tidak langsung bergantung pada Blok Mahakam.

Peran pekerja tidak dapat dianggap sepele. Mereka merupakan aset yang tak ternilai. Ini berlaku juga bagi Blok Mahakam. Kesinambungan operasional Blok Mahakam selama 40 tahun tidak terlepas dari peran pekerja blok tersebut, mulai dari level paling bawah hingga level paling atas. Maka wajar bila aspirasi pekerja patut diperhatikan oleh pemerintah bila ingin mempertahankan kelanjutan operasional Blok Mahakam pasca 2017.

Menarik untuk diamati bagaimana aspirasi para pekerja sebuah blok minyak dan gas (migas) yang kontraknya akan segera berhasil. Dalama beberapa bulan terakhir, sudah mulai muncul kepermukaan aspirasi para pekerja Blok Mahakam. Salah satu pesan yang muncul adalah mereka ingin pemerintah segera membuat keputusan. Ini terlihat dari berita-berita di berbagai media, blog atau milis-milias migas yang cukup banyak beredar di dunia maya. Salah satu blog yang muncul adalah 'Seputar Blok Mahakam'. Tema tulisan bervariasi, ada yang terkait langsung dengan kontrak Blok Mahakam, tapi ada juga isu-isu lain seperti soal keselamatan kerja di industri migas, kasus gratifikasi di SKK Migas.

Tulisan yang terkait kontrak pengelolaan Blok Mahakam diantaranya: Kontrak Blok Mahakam Diperpanjang atau Tidak? Karyawan Harap-Harap Cemas Menanti Keputusan pemerintah soal Blok Mahakam, Menanti Keputusan Pemerintah Terkait Kontrak Blok Mahakam'.

"Sebagai pekerja migas di Blok Mahakam, tentu sangat berharap pemerintah akan segera membuat keputusan terkait hak pengelolaan Blok Mahakam pasca 2017. Idealnya, keputusan perpanjangan atau tidak dilakukan paling lambat 5 tahun sebelum kontrak berakhir. Artinya, idealnya, keputusan kontrak Blok Mahakam sudah diputuskan tahun lalu. Namun, hingga saat ini, pemerintah belum membuat keputusan," demikian catatan pekerja tersebut yang termuat dalam blognya, Seputar Blok Mahakam.

“Karena itu, sebagai pekerja migas di Blok Mahakam kita berharap pemerintah akan segera membuat keputusan terkait kontrak Blok Mahakam. Tahun 2013 adalah tahun yang tepat bagi pemerintah untuk membuat keputusan. Bila keputusan tahun ini, maka operator memiliki waktu untuk membuat perencanaan investasi kedepan. Semakin lambat pemerintah membuat keputusan semakin tinggi tingkat risiko karena produksi bisa terganggu dan menurun,” lanjutnya.

Membaca tulisan-tulisan di blog tersebut dan juga milis-milis pekerja migas, muncul kegalauan para pekerja karena nasib mereka digantung oleh pemerintah. Semakin lama pemerintah menunda keputusan, semakin tinggi tingkat kegalauan mereka dan semakin besar risiko bagi operasional blok tersebut karena bisa saja pekerja akan minggat. Akibatnya, operasional blok terganggu dan berujung pada terganggunya kontribusi pendapatan bagi negara.

Rupanya bukan cuma Blok Mahakam saja yang terkena virus ‘NTT’ (nasib tidak tentu). Yang lebih mengkhawatirkan adalah kontrak blok Siak yang kontraknya akan berakhir pada November 2013. Pemerintah melalui kementerian ESDM hingga saat ini belum membuat keputusan. Tentu ini dapat berdampak pada penutupan operasional blok tersebut karena operator (CPI) tak mau dianggap sebagai operator ilegal di blok Siak tersebut.

Ini hanya beberapa contoh. Selain Blok Siak, Blok Mahakam, masih ada sekitar 4 blok migas lagi yang kontraknya akan berakhir dalam beberapa tahun kedepan. Blok Siak dan Blok Mahakam memang tidak bisa disamakan karena produksi minyak Blok Siak tergolong kecil, sekitar 2,000-an barel minyak per hari. Sementara Blok Mahakam termasuk blok raksasa, namun kondisinya sudah tergolong tua (ageing) karena terlah berproduksi sekitar 40 tahun. Kontrak yang sekarang telah diperpanjang tahun 1997 oleh pemerintah dan Pertamina.

Berbeda dengan blok-blok kecil lainnya, kontrak Blok Mahakam pasca 2017, idealnya ditentukan oleh pemerintah jauh-jauh hari. Para pekerja Blok Mahakam tampaknya meningingkan kontrak dapat diputuskan tahun 2013 ini. Bila ditunda lagi ke tahun 2014, dikhawatirkan sulit bagi pemerintah untuk membuat keputusan karena pemerintah sudah fokus pada pemilihan umum. 

Bila diserahkan ke pemerintahan baru hasil Pemilu 2014, kemungkinan ditunda lagi karena pemerintah baru membutuhkan waktu lagi untuk mempelajarinya. Semakin lama pemerintah menunda, tingkat risiko semakin tinggi. Tidak hanya nasib pekerja Blok Mahakam yang semakin tidak menentu atau Nasib Tidak Tentu (NTT), tapi juga risiko terganggu-nya produksi bisa terjadi karena bisa saja sebagian pekerja lebih memilih bekerja di tempat lain yang lebih memberi mereka kepastian, apalagi bila diiming-imingi kompensasi yang bagus. Mudah-mudahan apa yang telah diharapkan oleh para pekerja Blok Mahakam menjadi perhatian serius bagi pemerintah untuk segera mengambil keputusan. (*)

No comments:

Post a Comment