Wednesday 18 September 2013

Ekonomi Indonesia, Investasi dan Kedatangan CEO Inpex

CEO Inpex Toshiaki Kitamura & Presiden SBY
Ekonomi Indonesia saat ini bisa diibaratkan dengan sebuah kapal yang sedang berlayar di tengah samudera. Hantaman gelombang, hujan dan badai silih berganti. Namun kapal terus melaju. Ekonomi Indonesia kembali dihantam badai seperti yang terlihat dari gejolak mata uang rupiah walaupun dalam beberapa hari ini sudah mulai reda, terlihat dari mulai berkurangnya fluktuasi rupiah terhadap dolar AS.

Saat gelombang tinggi menghantam dinding-dinding kapal, penting bagi sang nakoda untuk menjaga keseimbangan kapal agar terus berjalan dan melaju. Demikian juga dengan ekonomi Indonesia. Saat gejolak ekonomi terjadi, penting bagi sang nahkoda, dalam hal ini pemerintah dan secara khusus Presiden, memastikan kapal terus bergerak maju. Kegiatan ekonomi tetap harus bergerak walaupun penyesuaian dilakukan disana-sini.

Salah satu penyebab melemahnya rupiah dalam beberapa minggu terakhir adalah ketidakseimbangan arus ekspor dan impor, yang tercermin pada melebarnya defisit perdagangan. Impor lebih banyak dibanding arus ekspor. Salah satu penyumbang tingginya impor adalah produk minyak untuk memenuhi permintaan dalam negeri.

Konsekuensinya, kebutuhan dolar untuk mengimpor barang lebih tinggi, sementara hasil devisa dari mengekspor berkurang. Akibat lanjutnya, rupiah melemah terhadap mata uang dolar AS.

Di tengah potret ekonomi di atas, penting bagi pemerintah untuk mendorong masuknya investasi asing. Investasi, baik investasi dari dalam negeri maupun asing, merupakan salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi. Maka untuk memastikan kapal ekonomi yang bernama Indonesia tetap melaju, maka sangat vital bagi pemerintah untuk memastikan arus investasi tetap masuk di Indonesia.

Dalam konteks ini, berita kedatangan CEO perusahaan raksasa minyak dan gas asal Jepang Inpex Corporation Toshiaki Kitamura di Indonesia pada hari Rabu (18/9) tentu memiliki arti penting. Pertama, Indonesia menyambut baik setiap rencana investasi apalagi untuk proyek-proyek besar yang akan dapat menciptakan multi-plier effect seperti proyek pengembangan Blok Masela atau keinginan Inpex untuk tetap melanjutkan investasi di Blok Mahakam, bersama mitranya Total E&P Indonesie. Tentu saja dengan catatan pemerintah memperpanjang atau membuat skema baru seperti joint-operation dalam pengembangan Blok Mahakam kedepan.


Maket FLNG Lapangan Abadi, Blok Masela
Kedatangan CEO Inpex dan komitmen Inpex Corp untuk terus melanjutkan pengembangan proyek Blok Masela (dan Blok Mahakam), walaupun sedang terjadi gejolak ekonomi dunia memberi sinyal ke dunia luar bahwa kegiatan investasi di Indonesia masih terus berlangsung. Bahwa Indonesia mendorong masuknya investasi, khususnya di sektor minyak dan gas bumi.

Kedua, kedatangan CEO Inpex dan kelanjutan proyek Blok Masela akan menjadi sinyal penting sejauh mana komitmen pemerintah Indonesia dalam mendorong aktivitas investasi di Tanah Air. Selama ini banyak keluhan terkait rumitnya prosedur birokrasi di Indonesia. Bagi sebagian orang, berinvestasi di Indonesia sama halnya masuk ke hutan Rimba. Anda mungkin tahu tujuan Anda, tapi tidak pernah tahu dengan pasti jalan mana yang harus dilewati dan dimana harus berhenti dan kapan akan tiba di tempat tujuan.  

Ruwetnya prosedur investasi, perizinan, peraturan tentu akan berdampak pada realisasi investasi. Hal ini juga telah dikeluhkan oleh pelaku atau pemain di industri minyak dan gas bumi atau juga sektor-sektor lain. Karena itu, penting bagi pemerintah untuk melakukan terobosan untuk membuat prosedur investasi lebih efektif, efisien dan jelas (predictable).

Investasi Inpex di Indonesia memang tidak banyak diberitakan di media-media. Namun, perusahaan raksasa migas Jepang ini telah membenamkan investasi yang cukup besar di Indonesia. Tercatat, perusahaan in telah berinvestasi sekitar US$21 miliar di Indonesia sejak 1966 melalui berbagai anak perusahaannya, Inpex Natuna, Inpex Jawa, Inpex Sumatra, Inpex Masela, MI Berau B.V., dan Inpex Offshore Northeast Mahakam, Ltd.

Di Blok Mahakam, Inpex menjadi mitra non-operator Total E&P Indonesie dalam mengembangkan blok tersebut yang kontraknya akan berakhir 2017. Saat ini pemerintah sedang mengevaluasi permintaan Inpex dan Total E&P Indonesie untuk melanjutkan investasi di Blok Mahakam. Pertamina telah mengajukan keinginannya untuk terlibat dalam pengembangan blok tersebut. Kita berharap pemerintah akan segera mengambil keputusan terbaik, dengan mempertimbangkan segala aspek teknis dan non-teknis pengembangan blok itu kedepan.

Lokasi proyek Blok Masela
Proyek raksasa yang sedang dikembangkan Inpex tentu saja Blok Masela. Untuk tahap awal, Inpex bersama mitra barunya Shell, akan mengembangkan lapangan Abadi dengan kapasitas 2.5 juta ton gas alam per tahun (MTPA). Menariknya, gas tidak diproduksi melalui fasilitas onshore seperti proyek BP di Tangguh atau blok Mahakam. Untuk proyek Masela, gas akan diproses di fasilitas kapal terapung atau Floating LNG (FLNG). Proyek FLNG ini akan menjadi yang tertama di Indonesia, dan kemungkinan kedua setelah Australia yang berencana memulai produksi FLNG-nya pada tahun 2017.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika menyambut kedatangan CEO Inpex mengatakan bahwa proyek-proyek minyak dan gas yang dikembangkan Inpex harus memberikan manfaat yang besar bagi Indonesia. Keuntungan tentu saja tidak saja dalam bentuk kontribusi pendapatan ke pemerintah tapi juga bagi industri-industri pendukung maupun ekonomi lokal. Kehadiran sebuah proyek raksasa seperti Blok Masela tentu akan membuka peluang bagi perusahaan-perusahaan untuk menyuplai kebutuhan pengembangan blok tersebut.

Pada masa lalu, memang sebagian besar produk untuk proyek-proyek migas diimpor. Tapi sejak ada peraturan TKDN (tingkat komponen dalam negeri), perusahaan-perusahaan migas diwajibkan untuk menggunakan produk dalam negeri, kecuali ada barang-barang tertentu yang tidak dipenuhi dri dalam negeri. 

Kelanjutan proyek Masela dan komitmen investasi Inpex di Blok Masela dan Blok Mahakam akan dilihat sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan pengembangan industri migas di Tanah Air. Dalam kondisi ekonomi Indonesia yang sedang bergejolak, penting untuk memastikan  investasi terus berjalan, khususnya di industri migas. (*)

* * * 
Oleh Rachmat Dharmawan
Pekerja industri minyak dan gas bumi.

1 comment:

  1. Semoga pemerintah segera memberikan keputusan terkait perpanjangan Blok Masela dan Mahakam, dimana Inpex memiliki saham di kedua blok itu. Kebutuhan gas domestik ke depan sangat bergantung kepada dua blok tersebut.

    ReplyDelete