CEO Inpex Toshiaki Kitamura & Presiden SBY |
Ekonomi Indonesia saat ini
bisa diibaratkan dengan sebuah kapal yang sedang berlayar di tengah
samudera. Hantaman gelombang, hujan dan badai silih berganti. Namun kapal terus melaju. Ekonomi Indonesia kembali dihantam badai seperti
yang terlihat dari gejolak mata uang rupiah walaupun dalam beberapa hari ini sudah
mulai reda, terlihat dari mulai berkurangnya fluktuasi rupiah terhadap dolar
AS.
Saat gelombang tinggi menghantam dinding-dinding kapal, penting bagi sang nakoda untuk menjaga keseimbangan kapal agar terus berjalan dan melaju. Demikian juga dengan ekonomi Indonesia. Saat gejolak ekonomi terjadi, penting bagi sang nahkoda, dalam hal ini pemerintah dan secara khusus Presiden, memastikan kapal terus bergerak maju. Kegiatan ekonomi tetap harus bergerak walaupun penyesuaian dilakukan disana-sini.
Saat gelombang tinggi menghantam dinding-dinding kapal, penting bagi sang nakoda untuk menjaga keseimbangan kapal agar terus berjalan dan melaju. Demikian juga dengan ekonomi Indonesia. Saat gejolak ekonomi terjadi, penting bagi sang nahkoda, dalam hal ini pemerintah dan secara khusus Presiden, memastikan kapal terus bergerak maju. Kegiatan ekonomi tetap harus bergerak walaupun penyesuaian dilakukan disana-sini.
Salah satu penyebab
melemahnya rupiah dalam beberapa minggu terakhir adalah ketidakseimbangan arus
ekspor dan impor, yang tercermin pada melebarnya defisit perdagangan. Impor lebih banyak dibanding arus ekspor. Salah satu penyumbang tingginya impor adalah produk
minyak untuk memenuhi permintaan dalam negeri.
Konsekuensinya,
kebutuhan dolar untuk mengimpor barang lebih tinggi, sementara hasil devisa
dari mengekspor berkurang. Akibat lanjutnya, rupiah melemah terhadap mata uang dolar AS.
Di tengah potret ekonomi di
atas, penting bagi pemerintah untuk mendorong masuknya investasi asing.
Investasi, baik investasi dari dalam negeri maupun asing, merupakan salah satu
pendorong pertumbuhan ekonomi. Maka untuk memastikan kapal ekonomi yang bernama
Indonesia tetap melaju, maka sangat vital bagi pemerintah untuk
memastikan arus investasi tetap masuk di Indonesia.
Dalam konteks ini, berita kedatangan CEO perusahaan raksasa minyak dan gas asal Jepang Inpex Corporation Toshiaki Kitamura di Indonesia pada hari Rabu (18/9) tentu memiliki arti penting. Pertama, Indonesia menyambut baik setiap rencana investasi apalagi untuk proyek-proyek besar yang akan dapat menciptakan multi-plier effect seperti proyek pengembangan Blok Masela atau keinginan Inpex untuk tetap melanjutkan investasi di Blok Mahakam, bersama mitranya Total E&P Indonesie. Tentu saja dengan catatan pemerintah memperpanjang atau membuat skema baru seperti joint-operation dalam pengembangan Blok Mahakam kedepan.
Dalam konteks ini, berita kedatangan CEO perusahaan raksasa minyak dan gas asal Jepang Inpex Corporation Toshiaki Kitamura di Indonesia pada hari Rabu (18/9) tentu memiliki arti penting. Pertama, Indonesia menyambut baik setiap rencana investasi apalagi untuk proyek-proyek besar yang akan dapat menciptakan multi-plier effect seperti proyek pengembangan Blok Masela atau keinginan Inpex untuk tetap melanjutkan investasi di Blok Mahakam, bersama mitranya Total E&P Indonesie. Tentu saja dengan catatan pemerintah memperpanjang atau membuat skema baru seperti joint-operation dalam pengembangan Blok Mahakam kedepan.
Maket FLNG Lapangan Abadi, Blok Masela |
Kedatangan CEO Inpex dan
komitmen Inpex Corp untuk terus melanjutkan pengembangan proyek Blok Masela
(dan Blok Mahakam), walaupun sedang terjadi gejolak ekonomi dunia memberi
sinyal ke dunia luar bahwa kegiatan investasi di Indonesia masih terus
berlangsung. Bahwa Indonesia mendorong masuknya investasi, khususnya di sektor
minyak dan gas bumi.
Kedua, kedatangan CEO Inpex
dan kelanjutan proyek Blok Masela akan menjadi sinyal penting sejauh mana
komitmen pemerintah Indonesia dalam mendorong aktivitas investasi di Tanah Air.
Selama ini banyak keluhan terkait rumitnya prosedur birokrasi di Indonesia.
Bagi sebagian orang, berinvestasi di Indonesia sama halnya masuk ke hutan
Rimba. Anda mungkin tahu tujuan Anda, tapi tidak pernah tahu dengan pasti jalan
mana yang harus dilewati dan dimana harus berhenti dan kapan akan tiba di
tempat tujuan.
Ruwetnya prosedur investasi,
perizinan, peraturan tentu akan berdampak pada realisasi investasi. Hal ini juga
telah dikeluhkan oleh pelaku atau pemain di industri minyak dan gas bumi atau
juga sektor-sektor lain. Karena itu, penting bagi pemerintah untuk melakukan
terobosan untuk membuat prosedur investasi lebih efektif, efisien dan jelas (predictable).
Investasi Inpex di Indonesia
memang tidak banyak diberitakan di media-media. Namun, perusahaan raksasa migas
Jepang ini telah membenamkan investasi yang cukup besar di Indonesia. Tercatat,
perusahaan in telah berinvestasi sekitar US$21 miliar di Indonesia sejak 1966
melalui berbagai anak perusahaannya, Inpex Natuna, Inpex Jawa, Inpex Sumatra,
Inpex Masela, MI Berau B.V., dan Inpex Offshore Northeast Mahakam, Ltd.
Di Blok Mahakam, Inpex menjadi mitra non-operator Total E&P Indonesie dalam mengembangkan blok tersebut yang kontraknya akan berakhir 2017. Saat ini pemerintah sedang mengevaluasi permintaan Inpex dan Total E&P Indonesie untuk melanjutkan investasi di Blok Mahakam. Pertamina telah mengajukan keinginannya untuk terlibat dalam pengembangan blok tersebut. Kita berharap pemerintah akan segera mengambil keputusan terbaik, dengan mempertimbangkan segala aspek teknis dan non-teknis pengembangan blok itu kedepan.
Di Blok Mahakam, Inpex menjadi mitra non-operator Total E&P Indonesie dalam mengembangkan blok tersebut yang kontraknya akan berakhir 2017. Saat ini pemerintah sedang mengevaluasi permintaan Inpex dan Total E&P Indonesie untuk melanjutkan investasi di Blok Mahakam. Pertamina telah mengajukan keinginannya untuk terlibat dalam pengembangan blok tersebut. Kita berharap pemerintah akan segera mengambil keputusan terbaik, dengan mempertimbangkan segala aspek teknis dan non-teknis pengembangan blok itu kedepan.
Lokasi proyek Blok Masela |
Proyek raksasa yang sedang
dikembangkan Inpex tentu saja Blok Masela. Untuk tahap awal, Inpex bersama
mitra barunya Shell, akan mengembangkan lapangan Abadi dengan kapasitas 2.5 juta
ton gas alam per tahun (MTPA). Menariknya, gas tidak diproduksi melalui fasilitas
onshore seperti proyek BP di Tangguh atau blok Mahakam. Untuk proyek Masela,
gas akan diproses di fasilitas kapal terapung atau Floating LNG (FLNG). Proyek
FLNG ini akan menjadi yang tertama di Indonesia, dan kemungkinan kedua setelah
Australia yang berencana memulai produksi FLNG-nya pada tahun 2017.
Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono ketika menyambut kedatangan CEO Inpex mengatakan bahwa proyek-proyek
minyak dan gas yang dikembangkan Inpex harus memberikan manfaat yang besar bagi
Indonesia. Keuntungan tentu saja tidak saja dalam bentuk kontribusi pendapatan
ke pemerintah tapi juga bagi industri-industri pendukung maupun ekonomi lokal.
Kehadiran sebuah proyek raksasa seperti Blok Masela tentu akan membuka peluang
bagi perusahaan-perusahaan untuk menyuplai kebutuhan pengembangan blok
tersebut.
Pada masa lalu, memang
sebagian besar produk untuk proyek-proyek migas diimpor. Tapi sejak ada
peraturan TKDN (tingkat komponen dalam negeri), perusahaan-perusahaan migas
diwajibkan untuk menggunakan produk dalam negeri, kecuali ada barang-barang
tertentu yang tidak dipenuhi dri dalam negeri.
Kelanjutan proyek Masela dan komitmen investasi Inpex di Blok Masela dan Blok Mahakam akan dilihat sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan pengembangan industri migas di Tanah Air. Dalam kondisi ekonomi Indonesia yang sedang bergejolak, penting untuk memastikan investasi terus berjalan, khususnya di industri migas. (*)
Kelanjutan proyek Masela dan komitmen investasi Inpex di Blok Masela dan Blok Mahakam akan dilihat sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan pengembangan industri migas di Tanah Air. Dalam kondisi ekonomi Indonesia yang sedang bergejolak, penting untuk memastikan investasi terus berjalan, khususnya di industri migas. (*)
* * *
Oleh Rachmat Dharmawan
Pekerja industri minyak dan gas bumi.
Semoga pemerintah segera memberikan keputusan terkait perpanjangan Blok Masela dan Mahakam, dimana Inpex memiliki saham di kedua blok itu. Kebutuhan gas domestik ke depan sangat bergantung kepada dua blok tersebut.
ReplyDelete