Thursday 15 January 2015

Saran Membangun Untuk Pertamina

Widhyawan Prawiraatmaja
Ada kritik yang sangat membangun yang ditujukan untuk PT Pertamina (Persero). Pemerintah berharap agar Pertamina dapat lebih mandiri untuk menjadi perusahaan energi kelas dunia.

Kepala Pengendali Kinerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Widhyawan Prawiraatmaja berpesan agar Pertamina tidak terus-menerus dimanjakan oleh kebijakan proteksi dari pemerintah bila ingin menjadi perusahaan kelas dunia pada 2025.

“Sektor hilir rugi, sehingga dibuat bagaimana supaya ada untung di hilir. Akhirnya, Pertamina diberi ruang fiskal yang cukup agar bisa membuat kilang dan infrastruktur lain di sektor hilir. Namun, kalau BBM-nya impor, biayanya bisa 104% dari MOPS,” katanya.

 Jika BBM diproduksi di dalam negeri dari kilang-kilang milik Pertamina,  menurutnya, dapat dihasilakan bahan bakar rata-rata 109% atau lebih tinggi dari Mean of Platts Singapore (MOPS).

“Pemerintah berkomitmen ini tidak boleh rugi, jadi dirata-rata 109%. Namun, kalau ini kelamaan, ini justru akan membawa masuknya pesaing bagi Pertamina. Jadi, memang harus diproteksi, tapi jangan terlalu lama. Pertamina seharusnya sudah cukup dewasa,” tandasnya.

Widhyawan menyatakan juga agar Pertamina menjadi perusahaan kelas dunia, BUMN tersebut juga dilarang anti pati terhadap kerja sama asing. Meskipun demikian, dia meminta Pertamina tetap menjadi pemegang saham mayoritas dengan porsi kepemilikan 51%.

 “Kalau mau menjadi world-class company, harus kerja sama dengan oil majors. Kita ini susah, karena tidak mau bareng-bareng. Misalnya untuk Blok Mahakam, tidak mungkin diambil semua. Supaya tidak ada eksodus, maka harus berkolaborasi, agar produksinya juga tidak anjlok. Pokoknya, pendapatan di sektor hilir, jangan terlalu lama diproteksi,” tegasnya.

Poin yang disampaikan mengenai harus menggandeng perusahaan yang sudah lebih maju harus dipertimbangkan dengan baik. Terutama karena Blok Mahakam selama ini memiliki produktivitas yang tinggi. Apabila tiba-tiba Pertamina mengelola kesemuanya sendiri, tentu produktivitasnya akan menurun.


Untuk itu sebaiknya Pertamina menggandeng Total E&P Indonesie dalam mengelola Blok Mahakam. Pertamina akan mendapat ilmu dan teknologi dari perusahaan sekaliber Total.

No comments:

Post a Comment