Sonny Keraf |
Pemerintah akan mempercepat pembangunan cadangan penyangga
dalam menyikapi tren penurunan harga minyak dunia. Soalnya sampai saat ini
Indonesia belum memiliki cadangan penyangga.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said
mengatakan Dewan Energi Nasional (DEN) telah menyampaikan kepada Presiden Joko
Widodo mengenai rekomendasi pembangunan cadangan penyangga. "Sekarang ini
kita hanya punya cadangan operasional sekitar 18-20 hari. Kalau bisa menimbun
minyak sampai 30 hari, syukur-syukur bisa sampai ditambah 30 hari lagi. Kita
ini lemah, konsumsi BBM meningkat tapi cadangan tidak punya," ujar Sudirman.
Sudirman mengatakan bahwa pemerintah segera menyusun peta
jalan atau roadmap pembangunan cadangan penyangga tersebut. PT Pertamina
(persero) sudah diminta menghitung besaran investasi yang dibutuhkan. Pasalnya
untuk menambah cadangan satu hari membutuhkan anggaran hingga Rp 1,2 triliun.
"Pertamina sedang menghitung berapa modal kerja yang dibutuhkan dan di
mana saja penyimpanan cadangan itu. Saya juga minta DEN untuk melakukan kajian
lebih lanjut," jelasnya.
Selain membangun tangki penyimpanan baru, Pertamina juga
sedang mendata ulang tangki penyimpanan milik Badan Usaha Milik Negara yang
'menganggur'. Dengan begitu maka bisa dipetakan kapasitas penyimpanan yang
dibutuhkan. "Dalam pandangan para ahli penurunan harga ini bisa hingga
tahun depan. Yang terpenting pemerintah selalu waspada," katanya.
Kordinator Bulanan Dewan Energi Nasional (DEN) Sonny Keraf
sebelumnya meminta pemerintah untuk membeli minyak sebanyak-banyaknya ketika
harga selagi murah. Minyak tersebut dibeli sebagai cadangan penyangga. Hal ini
disebabkan karena Indonesia belum memiliki cadangan nasional.
"Hasil rapat kami, intinya kami memutuskan pemerintah
harus memanfaatkan penurunan harga untuk membangun cadangan energi. Kita bisa
beli minyak dan kita simpan dengan berbagai cara," pungkasnya.
Sonny menyampaikan bahwa hasil rapat ini akan disampaikan
kepada Presiden Joko Widodo. Tetapi dia mengakui belum merinci banyaknya minyak
yang harus dibeli serta ketersediaan tangki di Indonesia. Pasalnya kemampuan
membeli minyak itu tergantung dari ruang fiskal yang merupakan domain
pemerintah. "Negara lain punya cadangan penyangga. Indonesia belum punya.
Kalau tiba-tiba terjadi krisis minyak bagaimana," tukasnya.
Sementara itu anggota DEN bidang Teknologi Andang Bachtiar
menambahkan, pemerintah bisa membangun tangki penyimpanan agar kapasitas
cadangan penyangga lebih besar. Dana investasi pembangunan itu bisa berasal
dari anggaran penghematan subsidi BBM atas penurunan harga minyak dunia.
Selain disimpan di kilang, Andang bilang minyak yang dibeli
itu bisa disimpan di 'perut bumi' Indonesia. Caranya melalui teknologi injeksi
yang sudah dilakukan oleh Amerika Serikat. "Injeksi minyak itu belum
pernah dilakukan di Indonesia. Kita punya banyak reservoar dari jaman Belanda.
Kita impor minyak dan dimasukan ke situ," jelasnya.
Penting juga untuk mengkritisi blok-blok migas strategis di
Indonesia. Apabila Indonesia mampu memaksimalkan blok-blok tersebut, tentunya
berkat produksi minyak yang tinggi akan bisa menghasilkan surplus yang bisa
digunakan sebagai cadangan penyangga. Seperti di Blok Mahakam misalnya,
produksinya harus tetap dimaksimalkan. Kalau berganti operator secara keseluruhan
tentunya akan mempengaruhi tingkat produksi minyal.
No comments:
Post a Comment