Friday 16 January 2015

Cadangan Penyangga Minyak Indonesia

Sonny Keraf
Pemerintah akan mempercepat pembangunan cadangan penyangga dalam menyikapi tren penurunan harga minyak dunia. Soalnya sampai saat ini Indonesia belum memiliki cadangan penyangga.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan Dewan Energi Nasional (DEN) telah menyampaikan kepada Presiden Joko Widodo mengenai rekomendasi pembangunan cadangan penyangga. "Sekarang ini kita hanya punya cadangan operasional sekitar 18-20 hari. Kalau bisa menimbun minyak sampai 30 hari, syukur-syukur bisa sampai ditambah 30 hari lagi. Kita ini lemah, konsumsi BBM meningkat tapi cadangan tidak punya," ujar Sudirman.

Sudirman mengatakan bahwa pemerintah segera menyusun peta jalan atau roadmap pembangunan cadangan penyangga tersebut. PT Pertamina (persero) sudah diminta menghitung besaran investasi yang dibutuhkan. Pasalnya untuk menambah cadangan satu hari membutuhkan anggaran hingga Rp 1,2 triliun. "Pertamina sedang menghitung berapa modal kerja yang dibutuhkan dan di mana saja penyimpanan cadangan itu. Saya juga minta DEN untuk melakukan kajian lebih lanjut," jelasnya.

Selain membangun tangki penyimpanan baru, Pertamina juga sedang mendata ulang tangki penyimpanan milik Badan Usaha Milik Negara yang 'menganggur'. Dengan begitu maka bisa dipetakan kapasitas penyimpanan yang dibutuhkan. "Dalam pandangan para ahli penurunan harga ini bisa hingga tahun depan. Yang terpenting pemerintah selalu waspada," katanya.

Kordinator Bulanan Dewan Energi Nasional (DEN) Sonny Keraf sebelumnya meminta pemerintah untuk membeli minyak sebanyak-banyaknya ketika harga selagi murah. Minyak tersebut dibeli sebagai cadangan penyangga. Hal ini disebabkan karena Indonesia belum memiliki cadangan nasional.

"Hasil rapat kami, intinya kami memutuskan pemerintah harus memanfaatkan penurunan harga untuk membangun cadangan energi. Kita bisa beli minyak dan kita simpan dengan berbagai cara," pungkasnya.

Sonny menyampaikan bahwa hasil rapat ini akan disampaikan kepada Presiden Joko Widodo. Tetapi dia mengakui belum merinci banyaknya minyak yang harus dibeli serta ketersediaan tangki di Indonesia. Pasalnya kemampuan membeli minyak itu tergantung dari ruang fiskal yang merupakan domain pemerintah. "Negara lain punya cadangan penyangga. Indonesia belum punya. Kalau tiba-tiba terjadi krisis minyak bagaimana," tukasnya.

Sementara itu anggota DEN bidang Teknologi Andang Bachtiar menambahkan, pemerintah bisa membangun tangki penyimpanan agar kapasitas cadangan penyangga lebih besar. Dana investasi pembangunan itu bisa berasal dari anggaran penghematan subsidi BBM atas penurunan harga minyak dunia.

Selain disimpan di kilang, Andang bilang minyak yang dibeli itu bisa disimpan di 'perut bumi' Indonesia. Caranya melalui teknologi injeksi yang sudah dilakukan oleh Amerika Serikat. "Injeksi minyak itu belum pernah dilakukan di Indonesia. Kita punya banyak reservoar dari jaman Belanda. Kita impor minyak dan dimasukan ke situ," jelasnya.


Penting juga untuk mengkritisi blok-blok migas strategis di Indonesia. Apabila Indonesia mampu memaksimalkan blok-blok tersebut, tentunya berkat produksi minyak yang tinggi akan bisa menghasilkan surplus yang bisa digunakan sebagai cadangan penyangga. Seperti di Blok Mahakam misalnya, produksinya harus tetap dimaksimalkan. Kalau berganti operator secara keseluruhan tentunya akan mempengaruhi tingkat produksi minyal.

No comments:

Post a Comment