Thursday 14 August 2014

Krisis Energi Indonesia Akan Melanda Jawa dan Bali

kebutuhan energi
Jawa dan Bali, pusat perekonomian Indonesia, sedang menuju ke krisis energi lebih awal dari yang sudah diprediksi sebelumnya karena suplai energi dari beberapa pembangkit tenaga listrik utama terhambat meskipun kebutuhan energi dari perindustrian justru meningkat.

Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengeluarkan peringatan bahwa penurunan cadangan energi untuk kawasan Jawa-Bali akan mencapai tingkat yang meresahkan pada tahun 2016, lebih awal dari prediksi sebelumnya yaitu setelah tahun 2018.

Direktur PLN Nasri Sebayang mengatakan bahwa margin cadangan sekarang berada pada sekitar 27 persen, yang mana lebih rendah dari tingkat ideal yakni 30 persen. “Hati-hati lho, 2016 Jawa-Bali sudah mulai krisis listrik. Jadi bukan 2018, tapi mulainya 2016. Kita harus punya program untuk menjaga agar tidak kekurangan margin, dengan membangun PLTGU, agar tidak terjadi krisis yang gawat,” tandasnya.

Selain itu, margin space yang dimiliki Pulau Jawa-Bali sekitar 25 persen dari total kebutuhan tampaknya tidak memiliki andil yang cukup untuk mengatasi hal tersebut. Sebab, volume pemakaian di kedua pulau itu sangat tinggi, berbeda dengan wilayah lain. Oleh karena itu, dia juga menyebutkan bahwa PLN harus memiliki program-program, seperti pembangunan PLTG.

Salah satu faktor akan terjadinya krisis energi tersebut juga adalah karena Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 2 x 1.000 megawatt (MW) di Batang, Jawa Tengah sudah dipastikan tidak akan selesai tepat waktu, yakni pada 2018-2019.

"Rapat dengan Menko Perekonomian diputuskan akan dicari lahan lain untuk membangun PLTU dengan kapasitas yang sama untuk mengantikan PLTU Batang. Jika tidak ada upaya pembangunan pembangkit tambahan untuk menutupi kapasitas PLTU Batang yang molor, maka Jawa akan krisis listrik" pungkas Direktur Jenderal (Dirjen) Ketenagalistrikan Kementerian ESDM,  Jarman.

Lebih jauh lagi, Direktur Perencanaan dan Afiliasi PT PLN (Persero) Murtaqi Syamsuddin mengatakan bahwa kebutuhan listrik Jawa-Bali pada 2018 mencapai 32.346 MW, sementara pada 2018 kapasitas terpasang pembangkit PLN dan IPP mencapai 30.261 MW. Tentunya apabila PLTU Batang tidak masuk kapasitas terpasang pembangkit listrik di Jawa-Bali hanya 28.261 MW sementara kebutuhannya khususnya pada beban puncak pada 2018 mencapai 32.346 MW.


Jawa yang mengalami krisis energi akan mendapat perhatian penuh, padahal kita sering lupa bahwa di luar Jawa, krisis energi sudah menjadi hal yang lumrah dan biasa. Seharusnya pemerintah juga memberikan perhatian lebih ke pasokan energi di seluruh pelosok Indonesia.

No comments:

Post a Comment