kebutuhan energi |
Jawa dan Bali, pusat perekonomian Indonesia, sedang menuju
ke krisis energi lebih awal dari yang sudah diprediksi sebelumnya karena suplai
energi dari beberapa pembangkit tenaga listrik utama terhambat meskipun
kebutuhan energi dari perindustrian justru meningkat.
Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengeluarkan peringatan
bahwa penurunan cadangan energi untuk kawasan Jawa-Bali akan mencapai tingkat
yang meresahkan pada tahun 2016, lebih awal dari prediksi sebelumnya yaitu
setelah tahun 2018.
Direktur PLN Nasri Sebayang mengatakan bahwa margin cadangan
sekarang berada pada sekitar 27 persen, yang mana lebih rendah dari tingkat
ideal yakni 30 persen. “Hati-hati lho, 2016 Jawa-Bali sudah mulai krisis
listrik. Jadi bukan 2018, tapi mulainya 2016. Kita harus punya program untuk
menjaga agar tidak kekurangan margin, dengan membangun PLTGU, agar tidak
terjadi krisis yang gawat,” tandasnya.
Selain itu, margin space yang dimiliki Pulau Jawa-Bali
sekitar 25 persen dari total kebutuhan tampaknya tidak memiliki andil yang
cukup untuk mengatasi hal tersebut. Sebab, volume pemakaian di kedua pulau itu
sangat tinggi, berbeda dengan wilayah lain. Oleh karena itu, dia juga
menyebutkan bahwa PLN harus memiliki program-program, seperti pembangunan PLTG.
Salah satu faktor akan terjadinya krisis energi tersebut
juga adalah karena Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 2 x 1.000
megawatt (MW) di Batang, Jawa Tengah sudah dipastikan tidak akan selesai tepat
waktu, yakni pada 2018-2019.
"Rapat dengan Menko Perekonomian diputuskan akan dicari
lahan lain untuk membangun PLTU dengan kapasitas yang sama untuk mengantikan
PLTU Batang. Jika tidak ada upaya pembangunan pembangkit tambahan untuk
menutupi kapasitas PLTU Batang yang molor, maka Jawa akan krisis listrik" pungkas
Direktur Jenderal (Dirjen) Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jarman.
Lebih jauh lagi, Direktur Perencanaan dan Afiliasi PT PLN
(Persero) Murtaqi Syamsuddin mengatakan bahwa kebutuhan listrik Jawa-Bali pada
2018 mencapai 32.346 MW, sementara pada 2018 kapasitas terpasang pembangkit PLN
dan IPP mencapai 30.261 MW. Tentunya apabila PLTU Batang tidak masuk kapasitas
terpasang pembangkit listrik di Jawa-Bali hanya 28.261 MW sementara
kebutuhannya khususnya pada beban puncak pada 2018 mencapai 32.346 MW.
Jawa yang mengalami krisis energi akan mendapat perhatian
penuh, padahal kita sering lupa bahwa di luar Jawa, krisis energi sudah menjadi
hal yang lumrah dan biasa. Seharusnya pemerintah juga memberikan perhatian
lebih ke pasokan energi di seluruh pelosok Indonesia.
No comments:
Post a Comment